SAMUDRANEWS.ID – Penyelenggaraan konser musik oleh GGC di lokasi pasar malam Lapangan Inomasa, Kecamatan Bintauna, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, menjadi sorotan publik setelah dianggap melecehkan nilai-nilai adat dan norma masyarakat setempat.
Alih-alih menjadi hiburan yang menyatukan warga, acara tersebut justru menimbulkan gelombang amarah akibat penampilan yang dinilai tidak pantas. Tiga perempuan yang tampil di atas panggung pada Sabtu malam (31/04/2025) mengenakan busana terbuka dan melakukan tarian vulgar yang dianggap mencederai kehormatan adat Bintauna.
Masyarakat lokal yang selama ini dikenal memegang teguh kearifan lokal dan adat istiadat merasa dilecehkan oleh pertunjukan yang dinilai tidak beretika tersebut.
“Ini penghinaan terhadap budaya kami! Kami bukan masyarakat yang bisa dibodohi dengan hiburan murahan seperti itu. Jangan bawa gaya hidup tak beretika ke tanah adat Bintauna!” ujar salah satu tokoh adat dilansir dari Kontras.id.
Tokoh masyarakat tersebut menilai bahwa panitia penyelenggara, yakni GGC, tidak memiliki kepekaan terhadap kultur sosial masyarakat Bintauna. Ia menekankan bahwa setiap bentuk hiburan harus disesuaikan dengan norma lokal.
“Kalau mau hiburan, silakan. Tapi harus tahu tempat, tahu norma, dan tahu diri. Ini sangat keterlaluan. Tidak hanya melanggar adat, tapi juga bisa merusak generasi muda yang menonton langsung malam itu,” tambahnya.
Rekaman video dari konser itu kini viral di berbagai platform media sosial. Dalam video tersebut terlihat jelas penampilan para wanita yang mengenakan pakaian ketat dan melakukan gerakan yang dinilai tidak senonoh, memicu kecaman dari banyak pihak termasuk tokoh agama, aktivis pemuda, dan para orang tua.
Seorang pemuda lokal yang menyuarakan pendapatnya lewat media sosial mengatakan, “Seolah-olah adat dan etika masyarakat sini tidak penting. Kami tidak anti hiburan, tapi kami menolak hiburan yang merusak moral. Ini sangat mencoreng nama baik daerah.”
Kritik juga datang dari warga yang merasa kecewa karena acara berlangsung di ruang terbuka yang dekat dengan permukiman, membuat anak-anak ikut menonton adegan yang tidak pantas. Banyak orang tua menyatakan bahwa mereka tidak menduga konser tersebut akan menampilkan aksi berani seperti itu.
Hingga saat ini, belum ada pernyataan maaf atau klarifikasi resmi dari pihak GGC. Namun tekanan dari masyarakat terus meningkat. Bahkan, sejumlah warga mendesak agar kegiatan hiburan seperti ini tidak lagi diberikan izin di wilayah Bolaang Mongondow Raya yang dikenal menjunjung nilai-nilai religius dan adat.
“Kami akan bawa masalah ini ke ranah hukum dan ke lembaga adat. Ini bukan hal kecil. Ini persoalan harga diri masyarakat Bintauna,” tegas tokoh adat lainnya dengan nada serius.
Insiden ini menjadi pengingat keras bahwa penyelenggaraan acara publik harus mempertimbangkan budaya dan nilai lokal. Hiburan tidak boleh mengorbankan martabat dan identitas masyarakat hanya demi kesenangan sesaat.
Redaksi masih menunggu tanggapan resmi dari pihak GGC. Namun satu hal yang sudah jelas: masyarakat Kecamatan Bintauna menolak keras segala bentuk hiburan yang menginjak nilai adat, merusak etika, dan menghancurkan struktur sosial yang telah diwariskan turun-temurun. (Lid)